Senin, 23 September 2013

Ganasnya Ombak Selatan dan Pesona keindahan Ujung Kulon

Taman Nasional Ujung Kulon terletak di bagian paling barat Pulau Jawa, Indonesia. Kawasan Taman nasional ini juga memasukan wilayah Krakatau dan beberapa pulau kecil disekitarnya seperti Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang. Taman ini mempunyai luas sekitar 122.956 Ha; (443 km² diantaranya adalah laut), yang dimulai dari tanjung Ujung Kulon sampai dengan Samudera Hindia.

Taman Nasional ini menjadi Taman Nasional pertama yang diresmikan di Indonesia, dan juga sudah diresmikan sebagai salah satu Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO pada tahun 1991, karena wilayahnya mencakupi hutan lindung yang sangat luas. Sampai saat ini kurang lebih 50 sampai dengan 60 badak hidup di habitat ini.

Pada awalnya Ujung Kulon adalah daerah pertanian pada beberapa masa sampai akhirnya hancur lebur dan habis seluruh penduduknya ketika Gunung Krakatau meletus pada tanggal 27 Agustus 1883 yang akhirnya mengubahnya kawasan ini kembali menjadi hutan

Jumat 20 September, setelah 3 minggu merencanakan trip ujung kulon, akhirnya hari yang ditunggu datang juga, jam 10.00 kami berkumpul di plaza senayan dan tepat jam 10.45 kami berangkat menuju Ujung Kulon meninggalkan suasana hiruk pikuk Jakarta yang seakan tiada henti, destinasi kami adalah desa sumur ujung kulon banten dengan perkiraan waktu tempuh 6 jam, melewati serang, cilegon, anyer dan carita.



Ada seribu macam cerita selama perjalanan yang mampu menghilangkan jarak dan waktu tempuh yang jauh, karena kami ber 26 didalam bus dan ketemu dengan sahabat dan kenalan baru dalam komunitas jalan jalan travelista, mulai dari yang pdkt istilah anak anak milenia, ada yang malu malu kucing, ada yang malu maluin, ada yang dikatain mirip raul lemos (padahal gantengan ini dari raul lemos), ada yang sudah ubanan tapi masih merasa 37 tahun, hhhmmmm sungguh perjalanan yang menyenangkan...

akhirnya......

Sabtu 21 September,  jam 4.50 pagi, disaat sang mentari masih malu untuk menampakkan diri di ujung Barat pulau Jawa, kami tiba di desa nelayan yang bernama sumur, konon kampung ini dinamakan sumur karena sumber air yang melimpah ada di daerah ini, kami beristirahat sejenak di rumah sang juragan kapal yang bernama pak Matang yang ternyata mantan pelaut bugis ya
ng gagah berani.

Jam 07.00 pagi setelah sarapan, kami naik kapal dengan kapasitas maks. 50 penumpang untuk memulai trip Ujung Kulon, tujuan pertama adalah Pulau Handeleum, berkano di di sungai Ciganter yang menurut orang mirip sungai Amazaon..entah miripnya dimana saya juga bingung karena belum pernah ke sana tapi menurut saya lebih mirip dengan sungai pohara di sulawasi tenggara yang ditumbuhi pohon bakau, rotan dan hutan mangrove, pohon kendeka (Bruguiera spp) mempunyai akar lutut (knee root), dan pohon-pohon nirih (Xylocarpus spp) berakar papan yang memanjang berkelok-kelok, dan selanjutnya kembali ke pulau Handeleum untuk makan siang..waaah moment ini yang paling menyenangkan makan ditempat terbuka ditambah dengan hembusan angin laut selatan yang lembut...duuuuh bahagia dan nikmatnya hidup ini.
  Jam 14.30, setelah menempuh perjalanan 2 jam 30 menit dari pulau Handeleum dengan ombak selatan yang kurang bersahabat yang sempat membuat kami khawatir, Alhamdulillah kami tiba di pulau puecang.
Pulau Peucang merupakan salah satu ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah. Flora di kawasan ini di antaranya merbau (Intsia bijuga), palahlar (Dipterocarpus haseltii), bungur (Lagerstroemia speciosa), cerlang (Pterospermum diversifolium), dan ki hujan (Engelhardia serrata). Selain itu juga ada pohon Ficus atau ara pencekik, tumbuhan parasit yang melilit pohon lain untuk hidup. Biasanya pohon inangnya akan mati jika aranya menjadi dewasa.

Pantai pulau ini teramat indah dengan hamparan pasir putih dengan laut hijau muda kebiru-biruan. Warna biru lautnya sangat ideal untuk kegiatan berenang, menyelam, memancing, atau snorkeling.

Kenapa dinamakan Peucang??, oooh ternyata mengambil nama dari sejenis siput yang sering ditemukan di pantainya. Penduduk setempat biasa menyebutnya "mata peucang". "Peucang" juga adalah istilah dalam Bahasa Sunda untuk menyebut kancil.  

Jam 15.30, setelah menikmati peucang dan menyimpang barang di bivak yang sudah disediakan oleh pengurus TN Ujung Kulon, kami melanjutkan aktifitas dengan snorkling di antara pulau peucang dan Cidaun...

Jam 16.45, setelah puas bersnorkling ria dan berenang menikamti keidahan bawah laut ujung kulon, sang nakhoda mengarahkan kemudi kapal untuk lego jangkar di Cidaun untuk selanjutnya short trecking dan wildlife viewing di savanah atau padang penggembalaan untuk menyaksikan atraksi satwa seperti Banteng, Merak, Rusa, dan Babi Hutan, sayang waktu kami tiba yang ada hanya sekumpulan kerbau coklat alias sapi....hehehe saya tidak kecewa setidaknya bekas kakiku telah membekas di semenanjung selatan pulau terluar jawa.

Jam 17.45, sebelum meninggalkan dermaga Cidaon, sang sinar surya sumber kehidupan planet bumi saatnya untuk pindah menjalankan tugas di belahan Timur bumi ini, duuuuh indahnya sunset, semakin kurasakan betapa kuasanya engkau wahai Tuhan semestas Alam.

Jam 18.10, kami tiba kembali di dermaga Peucang...ingin rasanya menghabiskan malam tapi jam 20.00 mata sudah  mulai berkunang-kunang sang kekasih hati mulai memaksa untuk diimpikan dalam tidur....ooooaaaahhhhh

Minggu, 22 September, jam 04.40 pagi, sudah menjadi kebiasaan jiwa dan ragaku, saya terbangun 
sholat subuh dan memulai aktifitas dengan sedikit berjalan mengelili sekitar pulau dan duduk di dermaga sambil menunggu sang mentari pagi kembali bersinar..

Jam 09.00, setelah berenang   menikmati hangatnya air laut dan hamparan pasir putih yang halus, perjalanan dilanjutkan dengan trecking selama 2 jam pulang pergi menuju obyek yang cukup menarik perhatian wisatawan di pulau ini yaitu Karang Copong adalah nama sebuah karang mati besar yang berlubang (copong) yang terletak di bagian utara pulau.

Jam 12.00, check out dari peucang dan berlayar kembali menembus ganasnya ombak laut selatan menuju desa Sumur dengan waktu tempuh sekitar 4.30 jam

(istirah dulu nanti dilanjut lagi ceritanya)..

sebagai refernsi : biaya 600 rb untuk biaya bus jakarta-sumur pp, sewa kapal, makan 5x, kano, pemandu dan tiket masuk handeleum, peucang dan Cidaon